Menyikapihal ini, Nur Adnan DR beserta kawan-kawannya, mahasiswa Teknik Mesin Universitas Negeri Yogyakarta, membuat mesin pencacah plastik. Mesin sederhana ini cukup produktif dan efisien digunakan di lingkungan rumah tangga untuk mengubah bentuk sampah plastik menjadi bijih plastik ( flakes, keping-keping plastik yang lebih kecil, sehingga
stek dan pisau okulasi. b. Bahan Batang bawah, batang atas/entres, tali rafia, plastik sungkup, kain lap, teaching factory sekolah, LKPD, alat tulis dan buku. 2. Pendahuiuan ( 2 menit) a. Guru mengucapkan salam dan meminta petugas Piket memimpin doa bersama. b. Guru menyapa peserta didik, memperkenalkan diri dan selalu mengingatkan protokol
Cekharga Pisau Pisang terbaru diantara 1,973 produk. Temukan juga harga pisau pisang kripik,pisau pisang sale,pisau pisang tandan,pisau pisang plastik,pisau pisang keripik. Bandingkan harga dan promo terlengkap hanya di BigGo Indonesia
Salahsatu bentuk pencemaran lingkungan yang sering kita temui dan sering menimbulkan masalah adalah pencemaran yang disebabkan oleh sampah. Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. PENGARUH VARIASI PUTARAN DAN JUMLAH PISAU POTONG TERHADAP HASIL CACAHAN PADA ALAT PENCACAH PLASTIK IRPANUDIN, MOH
MesinPencacah Plastik digunakan untuk memotong atau mencacah sampah-sampah plastik agar tepotong menjadi sampah-sampah plastik dengan ukuran tertentu. Terdapat pisau di dalam mesin ini dan pisau ini berfungsi sebagai pemotong sampah plastik yang telah dimasukan ke dalam lubang mesin. Mesin dijalankan dengan dukungan motor listrik atau mesin
Vay Tiền Online Chuyển Khoản Ngay.
ArticlePDF AvailableAbstractSalah satu komponen utama mesin pencacah sampah plastik adalah mata pisau. Pada manufaktur lokal, proses desain, pemilihan material dan perlakuan panas pada pembuatan mata pisau sering diabaikan, padahal kriteria tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil dan kapasitas cacahan serta umur pakai dari mata pisau. Oleh karena itu, dilakukanlah penelitian ini untuk memperoleh tahapan proses pembuatan mata pisau yang menghasilkan pisau dengan kriteria keras, tangguh, tahan terhadap aus dan korosi. Untuk menghasilkan mata pisau yang tajam dan keras, mata pisau harus dirancang dengan sudut yang sesuai sehingga memiliki gaya pemakanan yang kecil serta pemilihan material yang memiliki hardenability baik seperti material baja perkakas jenis AISI D2. Dimensi pisau dirancang dengan ukuran 13x 95x240 mm untuk pisau statis dan 13x45x240 mm untuk pisau dinamis serta sudut mata pisau sebesar 35o. Pada penelitian ini, tahapan pembuatan mata pisau diawali dengan proses pemotongan material, proses milling untuk memperoleh dimensi yang diinginkan, pembuatan sudut mata pisau, pembuatan slot dan lubang, proses perlakuan panas, dan yang terakhir adalah proses finishing. Dari proses perlakuan panas, diperoleh kekerasan mata pisau sebesar 710 HV. Proses ini dapat meningkatkan kekerasan material lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan material tanpa proses perlakuan panas 296 HV. Proses finishing yang dilakukan adalah proses grinding yang bertujuan untuk memperoleh ketajaman sudut pisau serta tampilan dekoratif yang baik. Dari beberapa tahapan proses yang telah dilakukan, diperoleh produk mata pisau yang memiliki kriteria yang siap digunakan sebagai mata pisau pencacah sampah plastik. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. e-ISSN 2686-3545 p-ISSN 2656-6664 Research Paper Vol 3, No 1, Tahun 2021 Pembuatan Mata Pisau Mesin Pencacah Sampah Plastik dengan Material AISI D2 yang Dikeraskan Setiani Ibrahim1 Megarini Hersaputri1 Vici Inouki Panjaitan1 1 Program Studi Teknologi Pengelasan dan Fabrikasi, Fakultas Vokasi, Institut Teknologi Sains Bandung Email Abstrak Salah satu komponen utama mesin pencacah sampah plastik adalah mata pisau. Pada manufaktur lokal, proses desain, pemilihan material dan perlakuan panas pada pembuatan mata pisau sering diabaikan, padahal kriteria tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil dan kapasitas cacahan serta umur pakai dari mata pisau. Oleh karena itu, dilakukanlah penelitian ini untuk memperoleh tahapan proses pembuatan mata pisau yang menghasilkan pisau dengan kriteria keras, tangguh, tahan terhadap aus dan korosi. Untuk menghasilkan mata pisau yang tajam dan keras, mata pisau harus dirancang dengan sudut yang sesuai sehingga memiliki gaya pemakanan yang kecil serta pemilihan material yang memiliki hardenability baik seperti material baja perkakas jenis AISI D2. Dimensi pisau dirancang dengan ukuran 13x 95x240 mm untuk pisau statis dan 13x45x240 mm untuk pisau dinamis serta sudut mata pisau sebesar 35o. Pada penelitian ini, tahapan pembuatan mata pisau diawali dengan proses pemotongan material, proses milling untuk memperoleh dimensi yang diinginkan, pembuatan sudut mata pisau, pembuatan slot dan lubang, proses perlakuan panas, dan yang terakhir adalah proses finishing. Dari proses perlakuan panas, diperoleh kekerasan mata pisau sebesar 710 HV. Proses ini dapat meningkatkan kekerasan material lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan material tanpa proses perlakuan panas 296 HV. Proses finishing yang dilakukan adalah proses grinding yang bertujuan untuk memperoleh ketajaman sudut pisau serta tampilan dekoratif yang baik. Dari beberapa tahapan proses yang telah dilakukan, diperoleh produk mata pisau yang memiliki kriteria yang siap digunakan sebagai mata pisau pencacah sampah plastik. Kata kunci Pisau Pencacah, AISI D2 , Machining, Perlakuan Panas e-ISSN 2686-3545 p-ISSN 2656-6664 Research Paper Vol 3, No 1, Tahun 2021 1 Pendahuluan Pemanfaataan sampah plastik untuk didaur ulang sangat penting sebagai upaya penanggulangan sampah plastik yang semakin hari semakin meningkat jumlahnya. Teknologi penanggulangan sampah yang telah dikembangkan salah satunya adalah EDP environmentally Degredable Polymeric Materials yaitu dengan menambahkan bahan tertentu ke dalam bahan baku pembuatan plastik yang bertujuan untuk mendegradasi dan memiliki sifat mampu urai Winursito, 2014. Penanggulangan pada sampah yang tidak mampu urai dilakukan dengan proses recycle daur ulang. Proses daur ulang sampah yang tidak dapat diurai dilakukan dengan metode melting dan peletisasi yang diawali dengan tahap pemilahan, pencacahan, pelelehan, penyaringan dan peletisasi ITSN. Tahap awal proses pemilahan dan pencacahan dapat dilakukan dalam skala kecil, oleh karena itu pembuatan mesin pencacah sampah plastik diharapkah dapat membantu proses pencacahan sampah serta meningkatkan nilai ekonomi dari sampah yang sudah dicacah pada industri pegolahan sampah dalam skala kecil Komponen terpenting pada mesin pencacah plastik salah satunya adalah mata pisau. Pemilihan material pisau dan proses perlakuan panas pada pisau merupakan tahapan penting yang harus dilakukan guna memperoleh kualitas pisau yang baik dan umur pakai yang panjang. Material yang digunakan untuk mata pisau sebagian besar adalah jenis baja karbon, antara lain JIS S45C, JIS G3101/SS400 Ahmad dkk, 2018 dan JIS S30C Nuha & Alfan, 2017, tetapi jenis material yang lebih tepat untuk digunakan sebagai mata pisau adalah jenis baja perkakas, seperti AISI D2 yang kemudian dilakukan proses perlakuan panas sehingga diperoleh nilai kekerasan yang lebih tinggi yang akan memberikan ketahanan terhadap aus Setiani, 2019. Selain pemilihan material dan proses perlakuan panas yang tepat, desain pisau serta pemilihan sudut pisau juga merupakan parameter penting. Sudut ideal mata pisau adalah antara 350 – 450, semakin kecil sudut mata pisau maka pisau akan semakin tajam, sehingga gaya yang digunakan untuk memotong plastik menjadi semakin kecil Nuha & Alfan, 2017. Proses pembuatan pisau dimulai dengan pemilihan material pisau kemudian dilanjutkan dengan proses pemotongan sesuai dengan dimensi yang dibutuhkan kemudian dilakukan proses permesinan, proses perlakuan panas dan tahap finishing. 2 Metodologi Metodologi yang dilakukan pada tahap awal adalah pengumpulan data mengenai desain dan kriteria mata pisau pencacah sampah plastik, kemudian dilakukan pemilihan material yang tepat untuk mata pisau sesuai desain dan kriteria yang telah dibuat. Proses pembuatan mata pisau terdiri dari proses pemotongan dan permesinan untuk memperoleh dimensi yang sesuai dengan desain. Material pisau dipotong menggunakan bandsaw, kemudian dilanjutkan dengan proses milling untuk memperoleh sudut pisau, lubang dan slot. Tahapan terpenting pada pembuatan pisau adalah tahap proses perlakuan panas, Pisau yang sudah selesai di machining kemudian dilakukan proses hardening, dengan memanaskan benda kerja dan mendinginkannya pada media udara, setelah mencapai temperatur kamar kemudian dilakukan proses tempering. Pada tahap ini kriteria pisau yang tajam, keras, tangguh, tahan terhadap korosi dan tahan aus diperoleh. Proses pengujian kekerasan merupakan proses pengujian yang dilakukan setelah proses hardening selesai, karena tujuan dari proses hardening adalah untuk memperoleh peningkatan nilai kekerasan pada seluruh bagian dari mata pisau. Pengujian kekerasan dilakukan untuk mengetahui peningkatan nilai kekerasan pada mata pisau sebelum dan setelah proses hardening tersebut . Tahap akhir pada pembuatan mata pisau adalah proses grinding untuk memperoleh dimensi yang presisi sesuai dengan desain dan memperoleh ketajaman sesuai kriteria 3 Data dan Pembahasan Desain Mata Pisau Pisau pencacah yang dibuat memiliki desain yang sederhana, terdiri dari 2 buah mata pisau statis diam dan 3 buah mata pisau dinamis gerak. Pisau tersebut digunakan pada mesin pencacah plastik sistem crusher yang bekerja dengan cara e-ISSN 2686-3545 p-ISSN 2656-6664 Research Paper Vol 3, No 1, Tahun 2021 merusak struktur plastik sehingga diperoleh hasil cacahan dalam bentuk serpihan kecil. Pisau statis ditempatkan di kanan dan kiri pada rangka dudukan pisau dan pisau dinamis dipasang pada poros. Pisau statis dapat digeser karena terdapat slot untuk menyesesuaikan posisi pisau sesuai dengan ketebalan plastik yang akan dicacah sedangkan pisau dinamis dipasang permanen. Gambar 1. Mesin pencacah plastik crusher Mata pisau statis diam berukuran 13 x 95 x 240 mm dengan sudut pisau 350 dan 2 buah slot dengan diameter 12 mm sepanjang 50 mm yang dipasang menggunakan baut untuk mengatur posisi pisau pada rangka dudukan sehingga dapat disesuaikan dengan cara di maju atau mundur kan sesuai dengan ketebalan plastik yang akan dicacah, sedangkan mata pisau dinamis gerak berukuran 13 x 45 x 240 mm, dengan sudut 350 dengan 2 buah lubang berdiameter 12 mm yang berfungsi untuk memasangkan mata pisau pada poros dengan baut. Gambar 2. Desain pisau statis Gambar 3. Desain pisau dinamis Material Pisau Material pisau yang digunakan sebagai pencacah harus memiliki kriteria sebagai berikut; tajam, memiliki nilai kekerasan yang tinggi, tangguh, tahan terhadap korosi dan tahan aus. Baja perkakas merupakan material yang tepat sebagai bahan baku mata pisau, dari beberapa jenis baja perkakas yang tersedia di pasaran, baja perkakas jenis AISI D2 merupakan jenis baja perkakas dengan hardenability yang tinggi sehingga material tersebut banyak digunakan sebagai bahan baku pisau. Baja perkakas AISI D2 merupakan Cold-Work Tool Steel, baja tersebut dapat dikeraskan dengan proses perlakuan panas karena memiliki kadar karbon antara 1 – 1,4 % yang cukup untuk mentriger terbentuknya martensit dan karbida. Unsur-unsur lain pada baja perkakas AISI D2 seperti Mn mampu meningkatkan ketahanan terhadap aus, serta Mo dan V yang memberikan peranan penting pada pembentukan karbida sehingga nilai kekerasannya bisa meningkat. Unsur tertinggi pada baja perkakas AISI D2 adalah Cr yaitu antara 11-12%, unsur tersebut mampu memberikan ketahanan terhadap aus karena membentuk karbida dan korosi yang baik Totten, 2006. Proses Pembuatan Pisau Proses Pemotongan Tahapan pertama pada proses pembuatan mata pisau pencacah adalah proses pemotongan. Material AISI D2 dipotong sesuai ukuran panjang dan lebar nya dengan diberikan kelebihan ukuran sebesar 3 mm pada pisau statis dan pisau dinamis. Proses pemotongan menggunakan mesin gerjagi jenis bandsaw Proses Pemesinan Setalah dilakukan proses pemotongan pada material pisau, tahap selanjutnya adalah proses permesinan yang dimulai dengan proses milling yaitu proses pengurangan permukaan material mata pisau untuk memperoleh ukuran tebal, panjang dan lebar sesuai desain. Tahap selanjutnya adalah proses pembuatan sudut sebesar 350 untuk semua mata pisau dan tahap permesinan terakhir adalah proses pembuatan slot pada mata pisau statis sebanyak 3 buah e-ISSN 2686-3545 p-ISSN 2656-6664 Research Paper Vol 3, No 1, Tahun 2021 dengan diameter 12 mm sepanjang 50 mm dan pembuatan lubang sebanyak 2 buah berdiameter 12 mm pada mata pisau dinamis. Proses Perlakuan Panas Proses perlakuan panas pada mata pisau pencacah diawali dengan pemanasan mata pisau dengan laju pemanasan sebesar 50C per menit hingga mencapai temperatur pre heat 1 yaitu 6500C dengan lama penahanan pada temperatur tersebut selama 30 menit, kemudian dipanaskan kembali sampai temperatur pre heat 2 yaitu 8500C dengan lama penahanan selama 30 menit dan dilanjutkan pemanasannya sampai temperatur austenisasinya yaitu 10300C kemudian diikuti dengan proses pendinginan pada media udara. Setelah proses pendinginan mencapai temperatur kamar dilanjutkan sesegera mungkin ke proses tempering untuk menghindari terjadinya cracking, proses tempering dilakukan sebanyak dua kali, dengan temperature dan waktu penahanan yang sama yaitu pada temperatur 2000C dan lama penahanan selama 120 menit Tabel 1. Parameter proses perlakuan panas Parameter Proses Perlakuan Panas AISI D2 4. Lama Penahanan Pre Heat 1 6. Lama Penahanan Pre Heat 2 7. Temperatur Austenisasi 8. Lama Penahanan Austenisasi 10. Temperatur Temper Pertama 11. Lama Penahanan Temper Pertama 12. Temperatur Temper Kedua 13. Lama Penahanan Temper Kedua Gambar 4 Kurva proses perlakuan panas AISI D2 Pengujian kekerasan yang dilakukan untuk mengetahui nilai kekerasan pada mata pisau sebelum dilakukan proses perlakuan panas dan setelah proses perlakuan panas adalah pengujian kekerasan micro-vickers kelebihan dari pengujian micro-vickers adalah jejak indentasi yang kecil sehingga dapat mengidentifikasi kekerasan dengan akurat ASTM E384, 2007, pengujian dilakukan sebanyak 7 titik pada sepanjang mata pisau dengan jarak 1 mm untuk menghindari daerah yang terkena strain hardening dari bekas indentasi sebelumnya. Nilai kekerasan sebelum dilakukan proses perlakuan panas as-received adalah 296 HV dan nilai kekerasan setelah proses perlakuan panas treated adalah 710 HV, terjadi peningkatan nilai kekerasan yang signifikan setelah proses perlakuan panas, dengan demikian kriteria mata pisau bisa dicapai Tabel 2. Nilai kekerasan Micro Vickers as-received Tabel 3. Nilai kekerasan Micro Vickers treated Proses Grinding Proses grinding merupakan tahapan akhir pada proses pembuatan mata pisau yang merupakan proses pengolahan permukaan mata pisau hingga memperoleh dimensi yang presisi sesuai desain dan untuk memperoleh ketajaman dengan sudut pisau 350 sesuai kriteria, menggunakan mesin grinding permukaan surface grinding dengan partikel abrasif. e-ISSN 2686-3545 p-ISSN 2656-6664 Research Paper Vol 3, No 1, Tahun 2021 Gambar 5. Mata pisau statis pencacah sampah plastik Gambar 6. Mata pisau dinamis pencacah sampah plastik 4 Kesimpulan dan Saran Tahapan proses permesinan pada mata pisau pencacah adalah proses pemotongan, proses milling, pembuatan sudut, pembuatan lubang, proses perlakuan panas dan proses grinding. Pada proses perlakuan panas, mata pisau pencacah mengalami peningkatan nilai kekerasan, yaitu 710 HV dibandingkan dengan mata pisau sebelum dilakukan proses perlakuan panas 296 HV, dengan demikian mata pisau tersebut telah sesuai dengan kriteria mata pisau pencacah sampah plastik yang keras, tangguh dan tahan terhadap aus dan korosi. Diperlukan pengujian mata pisau untuk mengetahui ukuran dan kapasitas hasil cacahan sampah plastik. Referensi I, Winursito Perkembangan dan evaluasi terjadinya degradasi pada plastik oxo-degradable, Prosiding seminar kulit, karet dan plastik 2014 Sistem pengumpulan sampah plastik terintegrasi dengan pendekatan ergonomic guna meningkatkan peran serta masyarakat, Teknik Industri ITSN K, Ahmad., J, A, Aam., Wahyu Hubungan diameter mata pisau dan ring terhadap hasil cacahan mesin pencacah gelas plastik 220 mL dengan metode VDI 2221, UNJ 2018 A, D, Nuha., L, E, ALfan Modifikasi Mata Pisau Mesin Pencacah Plastik Tipe Polyethylene Seminar Nasional – XVI ISSN 1693-3168 Rekayasa dan Aplikasi Teknik Mesin di Industri Kampus ITENAS 2017 I, Setiani Kajian perbandingan komposisi kimia, sifat mekanik dan ketahanan aus terhadap baja perkakas AISI D2 pada aplikasi DIES 2019 G, E, Totten Steel heat treatment, Taylor and francis 2006 ASTM Micro Vickers, ASM International 2007 K, Singh., R, K, Kartikhar., S, G, Sapate Microstructure evolution and abrasive wear behaviour of D2 steel, J Wear 2015 ... Dengan media quenching udara dan tempering pada suhu 200 °C kekerasan yang diperoleh sebesar 710 HVN. Akan tetapi, dengan media quenching udara maka waktu pendinginannya tergolong lambat [7]. Penelitian selanjutnya pada baja perkakas SKD 11 dilakukan dengan metode hardeningtemperingnitriding. ...Naufal Hanif Fadhlurrohman AzizSulistyono SulistyonoHeat treatment is a process of renewing the metal structure by heating the specimen to a temperature below the melting point and a certain time, which is then cooled in a cooling medium to change the physical and mechanical properties. This study aims to determine the effect of quenching media and tempering temperature on the hardness value of DC 11 steel. This study used an experimental method with hardening at 990 °C and a holding time of 30 minutes with quenching media with SAE 10W-30 oil and NaCl solution. %. After that, tempering was carried out at 250 °C, 350 °C, and 450 °C with a holding time of 2 hours. Then, the specimens were tested for hardness using the Rockwell method. Based on the results of the study, it was found that the effect with the highest hardness value was found in the quenching media with NaCl solution and a tempering temperature of 250 °C of HRC. The conclusion obtained is that the higher the tempering temperature, the lower the hardness has not been able to resolve any references for this publication.
Related PapersThe amount of plastic waste each year will increase by 10% every year which is a problem for a country. Therefore, proper processing of plastic waste needs to be done. Before being processed into plastic waste processing, it is necessary to have a chopping process using a plastic chopping machine. The plastic chopping machine has an important component, namely the chopping knife. Before carrying out the knife manufacturing process, it is necessary to validate the design of the blade that is used with its loading. Model simulation using software is one way to quickly validate the model. This study aims to determine the effect of loading variations on stress, strain, deformation and safety factors of the model. The use of ANSYS software is used to analyze the chopping machine knife model with a variation of 5kg / hour, 10kg / hour, 20kg / hour and 50kg / hour capacities. The result is that the stress, strain and deformation parameters have an increase in value with increasing lo...Abtraksi Conveyor merupakan alat untuk mengangkut bahan-bahan industri. Sedangkan Motor listrik, Gearbox, pulley belt, rangka dan sabuk karet belt conveyor ini adalah komponen dari conveyor, dimana komponen dari sabuk karet ini berfungsi untuk membawa sampah ke dalam mesin chuser atau mesin penghancur sampah. Dengan peranan dari motor listrik, gearbox, pulley, rangka, sabuk karet belt conveyor yang sangat penting, di perlukan perancangan yang baik, salah satu-nya yang perlu diperhatikan adalah segi kekuatan, dimana rangka menerima beban dari sampah maupun menerima beban dari motor listrik yang bekerja untuk memutar pulley. Dalam penulisan tugas akhir ini dibahas mengenai perencanaan gear box dan analisa statik struktur rangka melalui simulasi dengan menggunakan software CATIA V5. Analisa statik telah dilakukan pada rangka conveyor. Material dari rangka diambil dari baja kontruksi jenis AISI 4140. Adapun beban yang diberikan pada rangka conveyor pada bagian bawah adalah sebesar 200 N, tengah sebesar 400 N , dan atas sebesar 600 N. Untuk menentukan besar nya tegangan maksimum dan peralihan maksimum yang dihasilkan pada rangka bagian bawah sebesar 2,95 x 10 7 N/m 2 dan peralihan maksimum sebesar 0,0000536 mm, dan pada rangka bagian tengah sebesar 6,13 x 10 7 N/m 2 dan peralihan maksimum sebesar 0,000052 mm dan pada rangka bagian atas sebesar 2,52 x10 7 N/m 2 dan peralihan maksimum sebesar 0,0000651 mmPropeller merupakan salah satu komponen pada kapal penangkap ikan yang memiliki fungsi untuk menggerakan kapal. Efisiensi dari propeller kapal sangat berpengaruh langsung terhadap mesin utama penggerak pada kapal penangkap ikan. Beberapa kondisi, propeller kapal dirancang untuk menyerap daya seminimal mungkin dan memberikan efisiensi gerak kapal semaksimal mungkin. Gaya rotasi propeller kapal akan menciptakan gaya dorong kapal. Gaya yang bekerja pada propeller kapal terjadi karena adanya gaya dari dorongan dan gaya centrifugal serta torsi dari propeller kapal pada setiap blade yang disebabkan revolusi di sekitar sumbu putar propeller kapal. Oleh karena itu, perhitungan tegangan yang dihasilkan dari gaya-gaya pada propeller kapal sangat sulit di perhitungkan secara akurat. Finite Element Analysis FEA telah menjadi solusi untuk memprediksi dari suatu kekuatan material yang tidak dapat ditunjukkan dalam teoritis dan memungkinkan desainer untuk melihat semua gaya secara teoritis yang ...Coupler merupakan komponen yang menyambungkan gerbong kereta. Kekuatan coupler terhadap beban eksepsional dan ketahanannya terhadap beban kerja normal menjadi parameter keamanan yang sangat penting dalam operasinya. Kajian ini melakukan analisis deformasi secara numerik terhadap coupling element dari automatic mechanical coupler yang digunakan pada tipe kereta ringan Light Rail Transit, LRT berdasarkan beban aktual yang diterima. Bagian coupling element yang diteliti adalah coupling link dan hooked plate. Model solid 3D dibuat tanpa penyederhanaan untuk hasil simulasi yang lebih mendekati fenomena aktual. Material isotropik yang digunakan adalah baja ASTM A633 Grade E. Simulasi statis dan transien dilakukan untuk mendapatkan faktor keamanan statik dan dinamik. Simulasi fatik dari analisis pembebanan transien dengan tiga mode pembebanan dilaksanakan untuk memperkirakan umur kerja coupling element. Hasil simulasi menunjukkan bahwa coupling element yang diobservasi aman terhadap beba...Preliminary investigation obtains that the elevation of the machine of about 150 cm ease man while operating the machine. Free body diagram illustrates forces distribution on the supporting frame. Thus, virtual simulation of forces to the supporting frame applies finite element method to the stage investigating to load and stress-strain. Stress and displacement are investigated by using Von Misses method. Principal stress 1st order and 3th order also are applied for investigating stress -strain. The simulation results are revealed F1 = 17 lbf N and F2 = lbf 49,03 N. The maximum stress appearing at the frame of machine is about of 0,09 Mpa. Displacement reaches maximum is at 0,01 mm. By applying safety factor to the machine frame, maximum stress to the machine frame is obtained 0,69 Mpa. So that, 1% displacement performs the machine frame is strong enough to support the machine. The timing process efficiency of multitasking machine is increase 15% higher than single ...
Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Infotekmesin Juli 2020 p-ISSN 2087-1627, e-ISSN 2685-9858 DOI 147 Desain dan Analisis Mata Pisau Pencacah Untuk Pengolahan Sampah Plastik Menggunakan Finite Element Analysis Sigiet Haryo Pranoto1, Santi Yatnikasari2, Muhammad Noor Asnan3, Rizqi Ilmal Yaqin4 1,2,3Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur 4Program Studi Permesinan Kapal, Politeknik Kelautan dan Perikanan Dumai 1,2Jl. Ir. H. Juanda Sidodadi, Kec. Samarinda Ulu, Kota Samarinda, Kalimantan Timur, 75124, Indonesia 4Jl. Wan Amir Pangkalan Sesai, Dumai, 28826, Indonesia E-mail shp904 sy998 mna985 Info Naskah Naskah Masuk 14 Juni 2020 Direvisi 2 Agustus 2020 Diterima 13 Agustus Sampah plastik adalah salah satu masalah lingkungan yang ada di Indonesia. Sampah plastik meupakan jenis sampah yang sulit terurai, sehingga perlu penanganan khusus untuk pengolahan masalah tersebut. Salah satu alternatif yang ditawarkan yaitu dengan pembuatan mesin pencacah plastik. Salah satu dalam manufaktur suatu mesin yaitu menrancang dan menganalisa komponen yang digunakanan. Mata pisau merupakan salah satu komponen penting pada mesin pencacah plastik. Simulasi model dari mata pisau sendiri perlu dilakukan untuk menganalisa kinerja dari mata pisau tersebut saat proses kinerja mesin tersebut. Permodelan simulasi dilakukan menggunakan software CAE. Bentuk meshing pada permodelan mata pisau yaitu menggunakan tetrahedral dan rasio meshing yaitu mendekati 1. Hasil yang didapatkan dari proses permodelan mata pisau yaitu tegangan maksimum Von mises pada pembebanan 300N, 500N dan 700N berturut turut sebesar 6,752 x 10-3 MPa, 2,845 x 10-3 MPa dan 1,575 x 10-3MPa. Sedangkan besaran displacement pada variasi pembebanan 300N, 500N dan 700N berturut turut memiliki nilai 6,752 x 10-2 mm, 1,125 x 10-1 mm dan 1,575 x 10-1 mm. Safety factor pada simulasi ini dihasilakan yaitu memiliki nilai 15 yang artinya aman untuk semua variasi pembebanan karena memiliki nilai lebih dari 1. Keywords von mises stress; displacement; safety factor; finite element analysis; blade. Plastic waste is one of the environmental problems in Indonesia. Plastic waste is a type of waste that is difficult to decompose, so it needs special handling for processing the problem. One alternative offered is by making a plastic chopper machine. One of the manufacturing of a machine is to design and analyze the components used. The blade is one of the important components of a plastic chopper. Model simulation of the blade itself needs to be done to analyze the performance of the blade during the performance of the machine. Simulation modeling is done using CAE software.. The form of meshing in the blade model is using tetrahedral and the meshing ratio is close to 1. The results obtained from the blade modeling process are the maximum Von mises stress on the loading of 300N, 500N, and 700N respectively at x 10-3 MPa, x 10- 3 MPa and 1,575 x 10-3MPa. While the amount of displacement in the variation of loading 300N, 500N, and 700N respectively has a value of x 10-2 mm, x 10-1 mm and x 10-1 mm. The safety factor in this simulation is produced which has a value of 15, which means it is safe for all loading variations because it has a value of more than 1. *Penulis korespondensi Sigiet Haryo Pranoto E-mail shp904 p-ISSN 2087-1627, e-ISSN 2685-9858 148 1. Pendahuluan Perairan Indonesia merupakan salah satu perairan terbesar dan memiliki keanekaragaman sumber daya alam. Indonesia adalah negara maritim yang besar dengan luas lautan sekitar 5,9 juta km2 dan panjang pantai sekitar km [1], sehingga Indonesia mempunyai kekayaan alam yang banyak, namun juga memiliki dampak tentang pencemaran lingkungan khususnya sampah plastik. Indonesia sendiri adalah negara penghasil pencemaran terhadap laut terbesar kedua [2]. Sampah plastik merupakan jenis sampah yang sulit untuk terurai, sehingga perlu penanganan khusus untuk pengolahan sampah plastik tersebut. Salah satunya dengan melakukan pencacahan dan didaur ulang [3]. Untuk itu perlu dilakukan pembuatan mesin pencacah plastik. Pengolahan sampah ini bertujuan untuk memberikan nilai tambah dan mengurangi pencemaran lingkungan [4]. Limbah sampah plastik juga dapat digunakan sebagai bahan tambah untuk menaikkan mutu campuran aspal [5]. Tahapan awal dalam proses pembuatan mesin pencacah plastik adalah desain atau rancangan mesin. Salah satu komponen terpenting dalam keberhasilan proses pencacahan adalah blade atau mata pisau. Sehingga diperlukan analisis pada mata pisau sebelum dilakukan proses manufaktur. Finite Element Analysis adalah salah satu metode yang banyak digunakan oleh peneliti untuk menganalisis tegangan dan menganalisis parameter lainnya [6]. Permodelan FEA menjadi alat yang dapat untuk mengoptimalkan dalam perancangan suatu mesin dan komponen mesin sebelum proses manufaktur [7]. FEA merupakan suatu metode analisis sebagai bantuan untuk mencari solusi dalam perhitungan secara teoritis [8]. Permodelan FEA mampu memprediksi dan menjadi solusi dari kekuatan suatu material yang dapat membantu engineer dalam melihat gaya pembebanan secara teoritis dari sebuah permodelan [9], [10]. Finite Element Analysis dapat menganalisis konsentrasi atau distribusi tegangan serta displacement pada suatu bentuk dan geometri tertentu [11]. Blade atau mata pisau dapat disimulasikan menggunakan Finite Element Analysis dengan berbagai macam software analisis. Regangan atau strain merupakan perbandingan perubahan panjang benda terhadap panjang mula-mula akibat suatu gaya dengan arah sejajar perubahan panjang tersebut [12]. Hasil regangan tersebut akan menghasilkan displacement pada material tersebut. Perhitungan regangan [13] dijabarkan pada persamaan 1. 1 Dimana ε adalah regangan, adalah perubahan panjang benda, l0 adalah panjang awal benda dan l adalah panjang benda setelah dikenai gaya/beban. Penelitian sebelumnya mengenai analisis tegangan pada pisau mesin penghancur plastik menggunakan metode finite element analysis. Hasil dari penelitian tersebut menujukan pisau dapat digunakan untuk menghancurkan plastik jenis PET tanpa mengalami kegagalan bahan dari pisau tersebut [14]. Selain itu penelitian tentang perbedaan jenis bahan dan geometri pada pisau mesin pencacah plastik menggunakan Finite Element Method telah dilakukan. Hasilnya bahan dengan jenis AISI 1045 adalah jenis yang direkomendasikan karena memiliki tegangan von mises yang lebih rendah daripada lainnya [15]. Penelitian yang lain mempelajari tentang desain dari mesin penghancur plastik PET. Hasil simulasi dari model pisau dengan pembebanan 3000N dimana desain pisau tidak akan gagal jika dibebani pembebanan PET sebesar 3000N [16]. Penggunaan permodelan untuk menganalisa optimasi pada pisau pemotong. Hasilnya dengan desain yang sudah di optimasi dapat memotong dua benda kerja dan memiliki analisa struktur yang baik [17]. Penelitian yang berbeda tentang mata pisau pada mesin pencacah dengan variasi getaran. Dimana adanya karakteritik perubahan deformasi pada model simulasi karena perbedaan karakteristik pembebanan yang dipengaruhi oleh karakteristik getaran [18]. Berdasarkan beberapa permasalahan yang sudah dirangkum dan dijelaskan sebelumnya, maka tujuan penelitian ini dilakukan untuk menganalisis tegangan dan kekuatan blade atau mata pisau mesin pencacah untuk pengolahan sampah plastik ketika dilakukan proses pencacahan plastik yang sebenarnya nantinya dengan menggunakan Finite Element Analysis FEA. Hasil yang akan didapatkan meliputi von mises stress, displacement, dan safety factor sebagai acuan sebelum proses pembuatan mesin dilakukan. Dalam penelitian ini dilakukan dengan mengasumsikan simulasi statis menggunakan software CAE. 2. Metode Permodelan gambar blade atau mata pisau digambar menggunakan sooftware CAD sebelum dilakukan analisis menggunakan software CAE. Sebelum pembuatan model mata pisau yang akan dianalisis, maka penentuan dimensi mata pisau seperti terlihat pada tabel 1. Bahan yang digunakan untuk pembuatan mata pisau dengan plat mild steel yang mempunyai sifat properti seperti Tabel 1. Berdasarkan data parameter pada Tabel 2, maka data tersebut dimasukkan kedalam software simulasi untuk dilakukan analisis. Blade/mata pisau tersebut akan dioperasikan pada mesin pencacah dengan penggerak motor listrik 1 Phase dengan daya 2HP sehingga mata pisau tersebut akan beroperasi seperti yang dijabarkan Tabel 3. Tabel 1. Dimensi bentuk blade/mata pisau Tabel 2. Sifat mekanik blade/mata pisau [14] p-ISSN 2087-1627, e-ISSN 2685-9858 149 Tabel 3. Kondisi kerja blade/mata pisau Sistem permodelan pada Finite Element Analysis juga sangat dipengaruhi oleh sistem meshing yang dilakukan pada objek yang akan dianalisis. Pada simulasi ini tipe meshing yang digunakan adalah tipe tetrahedral dengan jumlah node sebesar 2565 dan element sebesar 1307. Hal ini bertujuan untuk menyamakan rasio elemen yang satu dengan yang lainnya agar lebih kecil karena hasil analisis yang baik dan lebih teliti dipengaruhi juga oleh bentuk mesh yang baik. Rasio mesh yang baik adalah perbandingan rasio setiap elemennya adalah 1 atau mendekati 1. Pengaturan bentuk mesh pada blade atau mata pisau dapat dilihat seperti Gambar 1. Gambar 1. Meshing Dengan Tipe Tetrahedral Gambar 2. Peletakan Initial Condition Gambar 3. Peletakan Pembebanan Pada Pisau Pencacah Selanjutnya adalah Initial condition yang digunakan adalah tipe displacement/rotation dengan nilai 0 pada setiap sumbu X,Y, dan Z sehingga komponen ini hanya diam atau tertahan jika dikenai pembebanan. Hal ini dimaksudkan karena pada daerah ini nantinya akan dikunci dengan baut sehingga tidak ada pergerakan sedikitpun. Untuk mengetahui peletakan initial condition dapat dilihat pada Gambar 2. Pembebanan yang diberikan pada simulasi ini adalah tipe pressure. Pada bagian ini yang nantinya akan mendapatkan pembenanan dari sampah yang akan dicacah sehingga bersinggungan langsung dengan material sampah tersebut. Peletakan daerah pembebanan dapat dilihat seperti Gambar 3. Hasil solusi simulasi menggunakan software CAE untuk menganalisa tegangan dan displacement. Analisis secara statis digunakanan untuk mengetahui nilai dari finite element analysis dari persamaan tegangan von mises yaitu Perhitungan tegangan von mises pada elemen-elemen Finite Element Analysis [19] dijabarkan pada persamaan 2. 2 dimana E adalah Modulus Elastisitas bahan, l adalah panjang dari geometri bahan yang dimodelkan [19]. Setelah tahap simulasi dari simulasi permodelan tersebut akan mendapatkan nilai dari Von mises stress, displacement dan safety factor tiap variasi gaya yang diberikan. Nilai tersebut akan dianalisa nilai maksimal yang disajikan sebagai acuan desain dari model. 3. Hasil dan Pembahasan Von Mises Stress Proses analisis dilakukan dengan perbedaan 3 variasi pembebanan yaitu 300 N, 500 N, dan 700 N yang menunjukkan pembebanan kemampuan blade dapat bekerja dalam proses mencacah plastik. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui perbedaan distribusi tegangan von mises pada mata pisau pada kondisi operasional kerja mesin. Hasil analisis terlihat pada Gambar 4, Gambar 5, dan Gambar 6. Gambar 4. Von Mises Stress 300 N p-ISSN 2087-1627, e-ISSN 2685-9858 150 Gambar Mises Stress pada 500 N Gambar 6. Von Mises Stress pada 700 N Hasil analisis yang dilakukan bahwa distribusi tegangan yang terjadi dengan load yang diberikan sebesar 300 N didapatkan tegangan maksimum atau von mises stress sebesar × 103 N/m2 atau setara dengan × 10-3 MPa. Selain itu rata-rata tegangan berada di area warna hijau yang berkisar sekitar × 102 N/m2 atau setara dengan × 10-2 MPa. Pada load yang diberikan sebesar 500 N terdapat peningkatan von mises stress dengan nilai maksimum sebesar × 103 N/m2 atau setara dengan × 10-3 MPa. Rata-rata distribusi tegangan juga masih di area warna hijau sekitar × 103 N/m2 atau setara dengan × 10-3 MPa. Percobaan terakhir dengan load sebesar 700 N didapatkan hasil tegangan maksimum sebesar × 103 N/m2 atau setara dengan × 10-3 MPa Displacement Displacement merupakan besar perubahan bentuk atau geometri dari suatu benda akibat dari gaya yang diterimanya. Hasil analisis terhadap besaran displacement yang terjadi seperti pada Gambar 7, Gambar 8, dan Gambar 9. Hasil analisis simulasi didapatkan data bahwa pada tegangan 300 N didapatkan displacement sebesar × 10-5 m atau setara dengan × 10-2 mm. displacement yang terjadi sangat kecil yaitu 1 sehingga mata pisau ini aman untuk digunakan. 4. Kesimpulan Hasil analisis yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan bahwa Distribusi tegangan pada permodelan blade atau mata pisau yang telah didesain/dirancang dengan pembebanan sebesar 300 N, 500 N, dan 700 N mengalami peningkatan disetiap pembenanan. Dari hasil analisis didapatkan distribusi tegangan tertinggi sebesar × 10-3 MPa dan hanya sedikit daerah yang mengalami konsentrasi dengan tegangan tinggi. Displacement yang terjadi pada permodelan blade/mata pisau juga sangat kecil. Hal ini dapat dibuktikan dengan displacement tertinggi sebesar × 10-1 mm pada pembebanan 700 N. Nilai ini sangat kecil mendekati 0 sehingga dapat diabaikan dan tidak ada terjadi perubahan geometri pada blade/mata pisau. Nilai safety factor yang didapatkan cukup besar yaitt sekitar 15. Hal ini tergolong cukup aman karena nilai safety factor yang aman adalah minimum 1. Untuk penelitian selanjutnya, simulasi dan analisis dari salah satu komponen mesin pencacah untuk bisa terus dilanjutkan kepada komponen mesin yang lain karena dengan adanya simulasi dan analisis sangat membantu peneliti sebelum melakukan proses manufaktur. Daftar Pustaka [1] R. Lasabuda, “Pembangunan Wilayah Pesisir Dan Lautan Dalam Perspektif Negara Kepulauan Republik Indonesia,” J. Ilm. Platax, vol. I, no. 2, pp. 92–101, 2013. [2] J. R. Jambeck et al., “Plastic waste inputs from land into the ocean,” 2015. doi [3] N. D. Anggraeni and A. E. Latief, “Rancang Bangun Mesin Pencacah Plastik Tipe Gunting,” J. Rekayasa Hijau, vol. 2, no. 2, pp. 185–190, 2018. [4] M. Yamin, D. Satyadarma, and P. Naipospos, “Perancangan mesin pencacah sampah type crusher,” in Proceeding seminar ilmiah nasional komputer dan sistem intelijen, 2008, pp. 20–21. [5] T. W. Suroso, “Pengaruh Penambahan Plastik Ldpe Low Density Poly Ethilen Cara Basah Dan Cara Kering Terhadap kinerja Campuran Beraspal,” Media Komun. Tek. Sipil, no. 3, pp. 208–222, 2008. [6] H. J. Lin, W. M. Lai, and Y. M. Kuo, “Effects of stacking sequence on nonlinear hydroelastic behavior of composite propeller blade,” J. Mech., vol. 26, no. 3, pp. 293–298, 2010, doi [7] S. H. Pranoto and M. Mahardika, “Design and finite element analysis of micro punch CNC machine modeling for medical devices,” AIP Conf. Proc., vol. 1941, 2018, doi [8] T. Fadiji, C. J. Coetzee, T. M. Berry, A. Ambaw, and U. L. Opara, “The efficacy of finite element analysis FEA as a design tool for food packaging A review,” Biosyst. Eng., vol. 174, pp. 20–40, 2018, doi [9] R. I. Yaqin, A. B. Prasetiyo, P. Pritiansyah, M. H. Amrullah, and B. M. T. Pakpahan, “Studi Numerik Umur Kelelahan Fatigue Life Pada Propeller Kapal Penangkap Ikan Dengan Kapasitas Mesin 24 Hp,” JTT Jurnal Teknol. Ter., vol. 6, no. 1, pp. 8–17, 2020, doi [10] R. I. Yaqin, J. P. Siahaan, and S. H. Pranoto, “Analisis Tegangan Propeller Kapal Penangkap Ikan Di Kota Dumai Menggunakan Finite Element Analysis,” JTT Jurnal Teknol. Ter., vol. 5, no. 2, p. 56, 2019, doi [11] J. Pratama and M. Mahardika, “Finite element analysis to determine the stress distribution, displacement and safety factor on a microplate for the fractured jaw case,” AIP Conf. Proc., vol. 1941, pp. 1–7, 2018, doi [12] N. B. Dantulwar, R. G. Maske, and J. T. Patel, “Finite Element Analysis of Ball Valve Assembly for Earthquakes,” in International Conference on Ideas, Impact and Innovation in Mechanical Engineering, 2017, no. 6, pp. 1460–1467. [13] P. Frauenfelder and P. Huber, Introduction to Physics. 1977. [14] M. F. Nasr and K. A. Yehia, “Stress Analysis of a Shredder Blade for Cutting Waste Plastics,” J. Int. Soc. Sci. Eng., vol. 1, no. 1, pp. 9–12, 2019, doi [15] C. P. Yepes, R. M. A. Pelegrina, and M. G. J. Pertuz, “Analysis by means of the finite element method of the blades of a PET shredder machine with variation of material and geometry,” Contemp. Eng. Sci., vol. 11, no. 83, pp. 4113–4120, 2018, doi [16] A. E. Ikpe and O. Ikechukwu, “Design of Used PET Bottles p-ISSN 2087-1627, e-ISSN 2685-9858 152 Crushing Machine for Small Scale Industrial Applications,” Int. J. Eng. Technol. IJET, vol. 3, no. 3, pp. 157–168, 2017, doi [17] Z. Yin and L. Xu, “Finite element analysis and optimization design of paper cutter cutting blade based on ANSYS,” in Proceedings International Conference on Robots and Intelligent System, 2018, pp. 475–478, doi [18] X. Shen, S. Qian, and Z. Yu, “The Research of Crusher Blade Carrier Shaft Based on Balancing Test and Dynamic Analysis,” Appl. Mech. Mechatronics Intell. Syst., pp. 79–84, 2016, doi [19] S. O. Dapas, “Analisis Struktur Rangka Batang,” J. Ilm. Media Eng., vol. 1, no. 2, pp. 156–160, 2011. [20] Z. Abidin and B. R. Rama, “Analisa Distribusi Tegangan Dan Defleksi Connecting Rod Sepeda Motor 100 Cc Menggunakan Metode Elemen Hingga,” J. Rekayasa Mesin Univ. Sriwij., vol. 15, no. 1, pp. 30–39, 2015. [21] B. Setyono, Mrihrenaningtyas, and A. Hamid, “Perancangan Dan Analisis Kekuatan Frame Sepeda Hibrid Trisona’ Menggunakan Software Autodesk Inventor,” J. IPTEK, vol. 20, no. 2, p. 37, 2016, doi [22] T. C. K. Reddy and K. N. Rao, “Design and Simulation of A Marine Propeller,” Int. J. Res. Adv. Eng. Technol., vol. 5, no. 1, pp. 111–128, 2015. [23] M. Y. Z. Aji, I. P. Mulyatno, and H. Yudho, “Analisa Kekuatan Modifikasi Main Deck Akibat Penggantian Mooring Winch Pada Kapal Accomodation Work Barge 5640 Dwt Dengan Metode Elemen Hingga,” J. Tek. Perkapalan, vol. 4, no. 1, pp. 74–82, 2016. ... Distribusi pola kontur tersebut menunjukkan tidak signifikan deformasi pada pemodelan allen key sehingga bentuk geometri tidak mengalami perubahan bentuk setelah menerima pembebanan yang diberikan [12]. Hal tersebut mengartikan tegangan yang diberikan masih berada di area elastis bahan, selain itu deformasi menjadi aspek terpenting ketika melakukan analisa hal ini dikarenakan dapat merubah bentuk dan menurunkan kegunaan dari allen key [12]- [14]. N, 175N, 225N, 275N, dan 325N diperoleh nilai deformasi maximum berturut-turut sebesar 3,4283 mm, 4,7996mm, 6,1709mm, 7,5422mm, dan 8,9135mm. ...... Safety Factor atau faktor keamanan merupakan suatu hal yang penting dalam perancangan dan analisis struktur secara menyeluruh sehingga dapat terjamin keamanan dari sebuah desain. Parameter terpenting dalam melakukan sebuah desain dan pengujian tegangan pada suatu bentuk objek saat menerima beban dari luar baik itu beban tarik maupun tekan adalah faktor keamanannya [12], [14], [18]. Untuk memperoleh faktor keamanan dapat diperoleh dengan membandingkan antara tegangan yang diberikan dengan tegangan luluh beban [11]. ...... Hasil angka kemanan yang didapat dari hasil simulasi menunjukkan bahwa angka keamanan pada desain allen key dikatakan aman terhadap pembebanan yang diberikan. Hal tersebut, ditunjukkan oleh nilai angka keamanannya diatas 1 dari tegangan yang bekerja dan memenuhi syarat mampu menahan pembebanan dinamis [11], [12], [14]. 125N, 175N, 225N, 275N dan 325N mengalami kenaikan setiap pembebanan. ...Allen key merupakan alat bantu untuk mengencangkan, melonggarkan dan melepas baut bekepala segi enam. Alat bantu harus mampu menahan beban dan menahan kontak. Simulasi pemodelan allen key dilakukan untuk mengetahui pengaruh deformasi dan angka keamanan dari sebuah desain. Software ANSYS membantu untuk menganalisis pemodelan. Parameter deformasi, regangan, tegangan mengalami kenaikan disetiap variasi pembebanan dengan nilai terbesar pada variasi beban 325N nilai deformasi sekitar 8,9135mm, Regangan sebesar 2,2 x 10-3mm, tegangannya sebesar 4,54 x 102Mpa. Angka keamanan setiap variasi pembebanan adalah 15, nilai tersebut menunjukkan desain, variasi yang diberikan dan jenis material aman untuk digunakan sampai pembebanan 325N.... Sedangkan jumlah pisau yang dibutuhkan untuk mekanisme penghancur harus sesuai dengan lebar hopper penampung plastik jadi membutuhkan mata pisau yang banyak. Jenis mekanisme pencacah plastik tipe gunting memiliki model persegi panjang dengan mata pisau yang tajam sesuai Gambar 1 Pranoto et al., 2020. Pisau mekanisme tipe gunting terhubung dengan poros penggerak sehingga dapat menimbulkan gaya potong akibat putaran mesin Orhorhoro, Ikpeand and Tamuno, 2016. ...... Tahapan awal dalam merancang suatu komponen mesin yaitu mendesain dan menganlisa desain yang dihasilkan. Proses analisa desain pisau mesin pencacah plastik adalah proses untuk menhasilkan produk yang maksimal dalam proses manufaktur Pranoto et al., 2020. Kegagalan struktur komponen mesin sering terjadi pada suatu mesin dikarenakan belum adanya perhitungan dan analisa strukurtur material yang digunakan mesin tersebut. ...... Tegangan yang dihasilkan masih di bawah tegangan luluh dari bahan tersebut Nasr and Yehia, 2019. Angka keamanan dari pisau pencacah plastik juga dapat diketahui dengan menggunakan metode Finite Element Analisys Pranoto et al., 2020. ...The amount of plastic waste each year will increase by 10% every year which is a problem for a country. Therefore, proper processing of plastic waste needs to be done. Before being processed into plastic waste processing, it is necessary to have a chopping process using a plastic chopping machine. The plastic chopping machine has an important component, namely the chopping knife. Before carrying out the knife manufacturing process, it is necessary to validate the design of the blade that is used with its loading. Model simulation using software is one way to quickly validate the model. This study aims to determine the effect of loading variations on stress, strain, deformation and safety factors of the model. The use of ANSYS software is used to analyze the chopping machine knife model with a variation of 5kg / hour, 10kg / hour, 20kg / hour and 50kg / hour capacities. The result is that the stress, strain and deformation parameters have an increase in value with increasing loading variations. The greatest values of stress, strain and deformation are in the variation of 50kg / hour respectively Pa; and 56,358 x 10-11mm. The value of the safety factor for all variations of loading has a value of 15. The value of the safety factor means that the design of the plastic chopping knife is safe to use up to a loading of 50kg / hour... evaluasi dari teori von mises memprediksi pembebanan/ tegangan yang diterima pada bahan. Hasil dari pemodelan simulasi 3D menunjukkan adanya bentuk sebaran tegangan von mises pada model pisau mesin pencacah plastik dengan perbedaan jenis bahan yang digunakan dapat di tunjukkan pada Gambar 5. Bentuk sebaran dari tegangan von mises setiap variasi bahan menunjukkan daerah yang memiliki nilai tertinggi max pada simulasi pemodelan berada pada sisi dalam dan luar desain [18]. Fenomena ini dikarenakan memiliki dimensi yang lebih kecil dari pada bagian lainnya [19]. ...... Perubahan bentuk dari model yang sangat kecil menunjukkan bahwa model simulasi tidak akan rusak dan dapat diterapkan pada mesin [25]. Deformasi menjadi aspek yang penting dalam analisa dikarenakan dapat merubah bentuk komponen yang menjadikan adanya gangguan pada kegunaannya [18]. Gambar ...Sampah merupakan masalah yang belum terselesaikan dimana 14% dari jumlah 30% sampah anorganik merupakan sampah plastik. Upaya dalam mengelola sampah plastik yaitu mengurangi ukuran sampah plastik untuk di kelola. Mesin pencacah plastik merupakan alat yang digunakan untuk mengurangi ukuran sampah plastik. Salah satu komponen penting dalam mesin pencacah plastik yaitu pisau. Penentuan bahan pada penggunaan pisau adalah salah satu langkah dalam proses pembuatan pisau. Simulasi model dalam pemilihan bahan dapat digunakan untuk memprediksi bahan yang tepat secara segi mekanis. Penelitian yang telah dilakukan memiliki tujuan menentukan bahan yang efektif dengan menggunakan FEM dari segi pemenuhan standar karakteristik desain mekanis dari desain pisau. Hasilnya semua bahan yang diajukan memenuhi syarat desain dalam pembuatan pisau dengan kondisi pembebanan operasi. Namun, bahan yang direkomendasikan secara segi teknis mekanik dalam pembuatan pisau pencacah plastik yaitu JIS SUP 9. Hal tersebut dikarenakan memiliki nilai Equivalent Von-Mises Stress 27,695 x 10-2 MPa, Equivalent Elastic Strain 12,882 x 10-7 m/m, Total Deformation 17,722 x 10-10 m dan Safety Factor 15 hasil simulasi yang optimal dari bahan lainnya.... Permodelan simulasi dilakukan menggunakan software CAE. Bentuk meshing pada permodelan mata pisau yaitu menggunakan tetrahedral dan rasio meshing dengan menunjang von misses, displacement, dan safety factor dengan variasi pembebanan [4]. Kajian ini difokuskan pada perancangan alat penghancur kotoran ternak. ...Aji Abdillah KharismaMahesa Dikta AjiwiratamaSampah adalah limbah yang terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan, khususnya untuk sampah kompos. Kompos merupakan produk akhir suatu proses fermentasi tumpukan sampah atau bagian dari tanaman jerami, rumput, daun pisang, daun tebu, dll. Salah satu alternatif yang perlu dilakukan terhadap sampah kompos yaitu merancang pembuatan mesin pencacah kompos dan menganalisis komponen yang digunakan seperti pisau pencacahnya. Mata pisau merupakan bagian komponen penting untuk melakukan proses pencacahan. Metode analisis simulasi model desain mata pisau dilakukan untuk menganalisis kinerja dari mata pisau berdasarkan kekuatan pembebanan yang diberikan. Permodelan simulasi dilakukan menggunakan software dan akan dibandingan dengan perhitungan secara teoritis. Jenis material mata pisau adalah SS41, dan poros adalah S45C. Hasil yang diperoleh dari analisis permodelan desain menggunakan software meliputi tegangan maksimum von misses stress pada pembebanan 2,5 N untuk setiap 24 mata pisau totalnya sebesar 157 MPa, hasil displacement adalah 0,161 mm, serta hasil safety factor bernilai 3,05, sedangkan hasil perhitungan teoritis dari von misses stress adalah 168 MPa, displacement 0,03 mm, dan safety factor sebesar 3,18. Berdasarkan hasil nilai safety factor pada simulasi model mata pisau dinyatakan aman dan dapat dilanjutkan ke tahap proses manufaktur.... Limbah organik adalah sisa makanan, sayur-sayur busuk, atau bahan sisa dari proses pengolahan tanaman, yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos dan campuran dari pakan ternak [3,4]. Sedangkan untuk limbah anorganik yang berasal dari sumber daya alam tak dapat diperbarui, seperti plastik, kaca, mobil bekas, dapat dimanfaatkan sebagai bahan daur ulang untuk berbagai jenis kerajinan, didaur ulang kembali dan tergantung dari cara pengolahannya limbah plastik dapat dibuat sebagai bahan penyusun beton [2,3,5,6]. ...Noer Aden Bahry Aden Anis Siti NurrohkayatiSigiet Haryo PranotoAndi Nugroho NurrohkayatiPemanfaatan limbah digunakan pada berbagai sektor seperti bidang industri, makanan, manufaktur, dll. Limbah organik terdiri dari sisa makanan, sayuran, atau bahan sisa proses pengolahan tanaman. Limbah organik dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan juga pakan ternak. Tujuan dari penelitian ini adalah membuat prototype mesin pencacah limbah organik untuk mencacah limbah agar dapat diolah menjadi pupuk kompos dan pakan ternak. Komponen penggerak utama pada prototype mesin pencacah limbah organik adalah motor listrik dengan daya 1/2 HP dan 2880 rpm, reducer dengan rasio putaran 1/20, perbandingan pulley 3/4 dengan belt yang digunakan A-66. Perhitungan yang dilakukan pada proses perancangan prototype mesin pencacah limbah organik adalah perencanaan v-belt dan pulley, perhitungan laju dan torsi pada poros pisau. Kapasitas hasil cacahan dibedakan dengan 2 jenis pengujian yaitu dengan reducer dan tanpa reducer. Jenis limbah yang dicacah adalah limbah sayur, limbah kulit organik, dan ubi-ubian. Hasil kapasitas cacahan dengan reducer mencacah limbah sayur dengan kapasitas sebanyak kg/jam, untuk limbah kulit organik kg/jam, dan untuk limbah ubi-ubian sebanyak Untuk prototype mesin pencacah tanpa reducer memiliki kapasitas cacahan untuk limbah sayur sebanyak kg/jam, dan kapasitas untuk limbah jenis kulit organik sebanyak kg, sedangkan untuk limbah ubi-ubian tidak dapat dicacah oleh prototype tanpa reducer. Angger Bagus PrasetiyoFauzun FauzunAzhim Azyratul AzmiRizqi Ilmal YaqinThe conventional cooling process was chosen because of the better estimation of manufacturing times and lower manufacturing costs. One alternative to minimize the decline in quality in plastic products is by using a conformal cooling process. This study will compare the contours of the fluid flow pattern between conventional cooling channels and conformal cooling channels. Case study on a box-shaped product made of PP material which has a melt temperature of 205 ° C. 3D product images were made with Solidwork 2017 software and process simulation using fluent software. The results showed that the temperature flow pattern in the conformal channel resulted in a temperature absorption of around while the conventional cooling channel was around Then the coolant channel that experiences high pressure drop occurs in the conformal cooling channel around pascals and the conventional cooling channel around is part of a key component in fishing boat propulsion. Propeller can provide momentum to the fluid which can be a thrust on the ship. However, The failure of the propeller found prematurely. The failure of the propeller maybe because of overload on the propeller model so the fatigue life of the propeller becomes low. On the other hand, the rapid development of technology can simulate a design model to look for failures that occur. Finite Element Analysis is one of the designer solutions to determine the age of failure of a model and failure-prone areas in a model. This study uses propeller model data from fishing boat with engine 24HP in Dumai City TPI that always fail prematurely. The material used is copper alloy. While the drawing model uses Autodesk Inventor and Finite Element Analysis simulation using ANSYS software with the number of model nodes is 51108 and the number of elements of the model is 26268. The results obtained from this study are Von Mises stress on the simulation model that is equal to MPa to MPa. While the deformation value due to the effect of loading on the model is 5,3657 mm to 0 mm. These results affect the age of fatigue fatigue life on the model with the highest value 109 and the lowest 0. The results of the fatigue life value on the model affect the results of the level of damage and the safety number of the model with successive values of 1032 to 1 and 15 to The conclusion of the result is the propeller will fail paper presents a procedure for static stress analysis of a given shredder blade with three cutting edges used for cutting Polyethylene Terephthalate PET waste plastics. Solid Works was used for generating the blade geometry and shape. This procedure gives detailed steps for calculating the distributed applied cutting forces at the edge of the blade. The blade material is selected to be low carbon steel with known physical and mechanical properties. Finite Element Analysis with ANSYS is then implemented for calculating the induced stresses and strains throughout the blade structure. The 3D modeling of the blade was imported to the ANSYS. Finite element –type “SOLID 185” was implemented for the present stress analysis. Meshing of the 3D model has been implemented with smart mesh density level 3 It was found from attained results that the maximum stress resulting from the applied cutting forces is well below the allowable stress of the blade materialRizqi Ilmal Yaqin Juniawan Preston SiahaanSigiet Haryo PranotoPropeller merupakan salah satu komponen pada kapal penangkap ikan yang memiliki fungsi untuk menggerakan kapal. Efisiensi dari propeller kapal sangat berpengaruh langsung terhadap mesin utama penggerak pada kapal penangkap ikan. Beberapa kondisi, propeller kapal dirancang untuk menyerap daya seminimal mungkin dan memberikan efisiensi gerak kapal semaksimal mungkin. Gaya rotasi propeller kapal akan menciptakan gaya dorong kapal. Gaya yang bekerja pada propeller kapal terjadi karena adanya gaya dari dorongan dan gaya centrifugal serta torsi dari propeller kapal pada setiap blade yang disebabkan revolusi di sekitar sumbu putar propeller kapal. Oleh karena itu, perhitungan tegangan yang dihasilkan dari gaya-gaya pada propeller kapal sangat sulit di perhitungkan secara akurat. Finite Element Analysis FEA telah menjadi solusi untuk memprediksi dari suatu kekuatan material yang tidak dapat ditunjukkan dalam teoritis dan memungkinkan desainer untuk melihat semua gaya secara teoritis yang terjadi pada model. Penelitian ini menggunakan material paduan tembaga yang memiliki number of element sebesar 406674 dan jumlah nodes 640321. Hasil yang didapatkan yaitu tegangan maksimu Von Mises yaitu sebesar . Sedangkan nilai regangan maksimum yaitu sebesar 0,2448 dan nilai displacement maksimum sebesar 133 mm. Nilai safety factor pada penelitian ini sangat rendah yaitu 0. Sehingga geometri desain model propeller sangat rawan terjadi kegagalan atau deformasi saat Jumlah sampah plastik yang dibuang kelaut oleh Indonesia jumlahnya mendekati 200 juta ton. Jumlah ini berada di bawah Tiongkok yang menghasilkan sampah plastik mencapai 262,9 juta ton. Pada saat yang sama, kebutuhan akan plastik di Indonesia baru terpenuhi sekitar 64% dari total 5 juta ton plastik. Sampah plastik yang dibuang kelaut, seharusnya dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sampah plastik yang telah ada, perlu diolah agar dapat dimanfaatkan kembali sebagai plastik produksi. Pengolahan sampah plastik yang paling sederhana adalah dengan mencacah plastik yang telah ada menjadi serpihan-serpihan kecil menggunakan mesin pencacah. Mesin pencacah dapat digunakan dimanapun karena menggunakan mesin diesel sebagai penggeraknya. Mekanisme pencacahan yang digunakan menggunakan tipe gunting. Hasil perancangan mesin pencacah menggunakan 5 mata pisau dengan spesifikasi, panjang 180 mm, lebar 50 mm, tebal 10 mm dan sudut mata pisau 35° dengan panjang poros penggerak 450 mm, diameter 30 mm. Kata kunciplastik, mesin, daur ulang. ABSTRACT The amount of plastic waste discharged into the sea by Indonesia is approximately 200 million tons. This amount is below China which produces plastic waste reaches million tons. At the same time, the need for plastics in Indonesia is only fulfilled about 64% of the total 5 million tons of plastic. Plastic waste discharged into the sea, should be utilized to meet these needs. Plastic waste that has been there, needs to be processed in order to be reused as a production plastic. The simplest plastic waste processing is to chop the already existing plastic into small pieces. This chopper machine can be used anywhere because it uses a diesel engine as its propulsion. The enumeration mechanism used with scissor type. The design of the enumerator machine uses 5 blades with specifications, length of 180 mm, width 50 mm, 10 mm thick and 35 ° knife angle with 450 mm drive length, 30 mm diameter. Keyword plastic, machine, recycle Ridwan LasabudaPEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR DAN LAUTAN DALAM PERSPEKTIF NEGARA KEPULAUAN REPUBLIK INDONESIA Regional Development in Coastal and Ocean in Archipelago Perspective of The Republic of Indonesia Ridwan Lasabuda1 ABSTRACT Indonesian as an archipelagic state has been recognized internationally UNCLOS 1982, later ratified by Act 17 of 1985. Under UNCLOS 1982, the total maritime area of Indonesia is million km2, consisting of million km2 of territorial waters and km2 of Economic Exclusive Zone Zone Ekonomi Ekslusif, not including the continental shelf. This makes Indonesia as the largest archipelagic state in the world. However, the development of marine and fisheries for this is still far from expectations, while large potential of natural resources and environmental services are relatively unexploited in coastal areas, small islands and ocean in Indonesian archipelago. Keywords coastal and ocean, development, Indonesian, archipelago ABSTRAK Sebagai negara kepulauan, Indonesia telah diakui dunia secara internasional UNCLOS 1982 yang kemudian diratifikasi oleh Indonesia dengan Undang-Undang Tahun 1985. Berdasarkan UNCLOS 1982, total luas wilayah laut Indonesia seluas 5,9 juta km2, terdiri atas 3,2 juta km2 perairan teritorial dan 2,7 km2 perairan Zona Ekonomi Eksklusif, luas tersebut belum termasuk landas kontinen. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Namun demikian, pembangunan bidang kelautan dan perikanan hingga saat ini masih jauh dari harapan. Padahal wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dan lautan kepulauan Indonesia disimpan potensi sumber daya alam dan jasa lingkungan yang sangat besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Kata kunci pesisir dan laut, pembangunan, Indonesia, kepulauan 1 Laboratorium Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu, FPIK UNSRATBambang Setyonop>Sepeda hybrid trisona adalah sepeda yang digerakkan oleh tiga sumber gerak, yaitu gerak manual oleh engkol kaki, gerak motor pneumatik udara bertekanan, dan gerak motor listrik. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan menganalisis kekuatan frame dengan variasi beban pengemudi mulai dari 0 – 95 kg menggunakan software autodesk inventor . Dengan menggunakan fitur Stress Analysis yang dilengkapi dengan metode finite element analysis FEA, dapat diketahui luaran berupa von misses stress, displacement , dan safety factor . Frame hasil rancangan berdiameter 1 inchi, material dari mill steel . Panjang frame = 1200 mm, lebar = 180 mm, tinggi = 618 mm. Hasil analisis simulasi pada beban maksimum 95 kg besar tegangan von misses stress tertinggi terjadi di bagian rangka sambungan rangka dengan head tube sebesar 103,9 MPa. Displacement maksimum terbesar pada rangka tengah penyangga tempat duduk 0,2382 mm dan terkecil sebesar 0 MPa pada sambungan rangka dengan head tube . Safety factor minimum yang diperoleh dari analisa tersebut adalah sebesar 1,99 terjadi di sambungan rangka dengan head tube di bawah dan maksimum adalah 15 terjadi di sambungan rangka dengan head tube atas. Dengan kondisi angka keamanan tersebut maka desain frame sepeda trisona tersebut aman. Kata kunci sepeda hybrid trisona, frame, von misses stress , displacement , angka keamanan bentuk pisau pencacah plastik